Jumat, 09 Februari 2018

Patung Gubernur Soerjo

PATUNG GUBERNUR SOERJO

Nama              : Raden Mas Tumenggung Ario Soerjo
Lahir                : Magetan, 9 Juli 1898
Wafat              : Ngawi, 10 September 1948
Peran              : Gubernur pertama Jawa Timur 18 Agustus 1945, tanggal 9 november 1945 berpidato untuk membakar semangat rakyat Surabaya.
RM Suryo membuat perjanjian gencatan senjata dengan komandan pasukan Inggris Brigadir Jenderal Mallaby di Surabaya pada tanggal 26 Oktober 1945. Namun tetap saja meletus pertempuran tiga hari di Surabaya 28-30 Oktober yang membuat Inggris terdesak. Presiden Sukarno memutuskan datang ke Surabaya untuk mendamaikan kedua pihak. Gencatan senjata yang disepakati tidak diketahui sepebuhnya oleh para pejuang pribumi. Tetap saja terjadi kontak senjata yang menewaskan Mallaby. Hal ini menyulut kemarahan pasukan Inggris. Komandan pasukan yang bernama Jenderal Mansergh mengultimatum rakyat Surabaya supaya menyerahkan semua senjata paling tanggal 9 November 1945, atau keesokan harinya Surabaya akan dihancurkan. Menanggapi ultimatum tersebut, Presiden Sukarno menyerahkan sepenuhnya keputusan di tangan pemerintah Jawa Timur, yaitu menolak atau menyerah. Gubernur Suryo dengan tegas berpidato di RRI bahwa Arek-Arek Suroboyo akan melawan ultimatum Inggris sampai darah penghabisan.

                                       
 
- Raden Mas Tumenggung(R.A.T) Ario Soerjo (Gubernur Soerjo) remaja bersama kedua Orangtuanya R.M. Wiryosumarto (Ajun Jaksa Magetan) dan R.A. Kustiah.
- Menjadi veldpolitie (Mantri Polisi) di Madiun.
- Mengikuti pendidikan polisi di Sukabumi.
- Menjadi asisten wedana di sejumlah tempat.

- Menempuh pendidikan di bestoor school – Hoofden School (OSVIA) (Sekarang IPDN), Jakarta 

- Saat  menjadi bupati di Magetan ( 1938-1943)

- Diangkat sebagai Su Cho Kan (Residen) di Bojonegoro dimasa pendudukan jepang.

- Setelah proklamasi diangkat sebagai gubernur Jatim.



- Reaksi Gubernur Soerjomelakukan penolakan terhadap selebaran ultimatum Sekutu 9 Nopember 1945

- Pidato resmi Gubernur di RRI, menolak ultimatum ancaman dari Tentara Inggris.

- Pecah pertempuran 10 November 1945.

- Gubernur Soerjo menjalankan pemerintahan darurat berpindah2 di luar kota Surabaya.



- Menjadi ketua DPA

- Peristiwa pemberontakan dan penumpasan PKI di Madiun dan sekitarnya 1948.

- Penghadangan oleh gerombolan PKI terhadap Soerjo dan KomBes polisi M. Doerjat dan Komisaris Polisi Suroko di Dukuh Ngandu, Desa Bangunrejo, Kedunggalar-Ngawi dan dimakamkan di Sawahan, Desa Kepolorejo, Magetan.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar