Zona H.R Mohamad
RIWAYAT
HIDUP
NAMA : H.R. Mohamad Mangoendiprodjo
TEMPAT/ TANGGAL LAHIR : Sragen, 5
Januari 1905
WAFAT : Selasa 13 Desember 1988,
(dimakamlan di TMP Lampung)
MENIKAH
DENGAN : 1. Kamariatun (1928),
(dianugrahi dua putra/putri)
2. Siti Hartijah (1953),
(dianugrahi tujuh putra/putri)
PENDIDIKAN
:
- ELS, Sragen, (lulus 1921)
- Sekolah Pamong Praja (OSVIA) Madiun ( lulus 1927)
- Pembela Tanah Air (PETA) (lulus Oktober 1944)
PENUGASAN
:
- Wakil Kepala Jaksa Kalisosok, Surabaya 1931
- Asisten Wedana Kec. Diwek Jombang, Jawa Timur, 1934
- Daidanchho (DanYon) PETA, Batalyon III Sidoarjo 1944
- Badan Keamanan Rakyat (BKR) Urusan Darat, Jawa Timur (1945)
- Kepala (Panglima) Komandemen Militer Jawa Timur, 19-12-1945 s/d 1946
- Kepala Staf Kementrian Pertahanan RI, 20 Mei 1946 s/d 1948
- Bupati Ponorogo, 31 Januari 1950 s/d 1955
- Residen Lampung, 21 Nopember 1955 s/d 1962
- Ketua MPR tertua, pada masa Sidang MPR, Januari 1988
GUDANG SENJATA DON BOSCO JL. TIDAR SURABAYA
Pada tanggal 30 Oktober 1945, senjata
Tentara Jepang di Gudang senjata Don Bosco – Surabaya diserahkan dari Mayor
Hazimoto kepada Wakil TKR dan Wakil Kepolisian, antara lain HR. Mohamad, Moh
Yasin dan Bung Tomo. Hal ini merupakan hasil perundingan yang alot, karena
pihak Tentara Jepang tidak mau menyerahkan senjata kepada Laskar Pejuang, namun
hanya mau menyerahkan kepada TKR dan Kepolisian RI. Senjata-senjata tersebut
menjadikan TKR dan badan-badan perjuangan di Jawa Timur sebagai organisasi
ketentaraan dengan persenjataan paling lengkap saat itu.
PERAN HR
MOHAMAD DALAM REVOLUSI SURABAYA 1945
- Sebagai bendahara Badan Keamanan Rakyat (BKR), Jawa Timur.
- Pernah memimpin pasukan untuk mengambil paksa uang senilai 100 juta guilder dari Bank Escompto, di jl. Kembang Jepun untuk dana perjuangan Revolusi di Surabaya, September 1945.
- Sebagai PimpinganTentara Keamanan Rakyat (BKR), Jawa Timur. Bersama Moh Yasin dan Bung Tomo memimpin pasukan untuk merebut senjata Tentara Jepang (Pimpinan Mayor Hazimoto) DI Gedung Don Bosco, Jl. Tidar, yang digunakan untuk persenjataan pejuang Surabaya, 30 September 1945.
- Sebagai Anggota Kontak Biro. Pernah sebagai negosiator penghentian tembak menembak digedung INTERNASIO, dan tanpa diduga akhirnya meletus pertempuran, yang menyebabkan meninggalnya Pimpinan Sekutu Brigjend. AWS. Mallaby, sehingga HR Mohamad disandra di dalam gedung INTERNASIO, 30 Oktober 1945.
- Bersama Gubernur Soeryo, Residen Sudirman dan anggota Kontak Biro lainnya bernegosiasi dengan Pimpinan Sekutu Mayjend Mansergh, di Markas Inggris, Bataviaweg untuk mencegah pecahnya pertempuran, 3 Nopember 1945.
- Mulai 15 Nopember 1945 menjadi Pimpinan Dewan Pertahanan Rakyat Indonesia (DPRI), yang terdiri unsur-unsur : TKR, TKR Laut, API, PRI, Hisbullah, BBI, BPRI dan Polisi guna mengkoordinasikan jalannya pertempuran di Kota Surabaya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar