Pada tanggal 25 Oktober ’45 di pelabuhan Tanjung
Perak dengan kekuatan 6000 orang tentara Inggris dari Brigade Infanteri India –
49 Divisi di bawah pimpinan Brigadir A.W.S Mallaby. Setelah diadakan
perundingan resmi antara Residen Sudirman dan Brigadir Mallaby, Inggris
diijinkan memasuki kota khususnya kamp tawanan sekutu di Kajun, Rumah Sakit
Darmo, dan Tanjung Perak. Namun, sebagian pasukan Inggris nerebut dan menduduki
obyek-obyek penting seperti lapangan terbang Morokrembangan, gedung BPM, bank
Internatio, Lindeteves, Kantor Pos dan Telepon. Pada siang harinya pesawat
terbang Inggris menyebarkan pamphlet ultimatum agar pemuda Surabaya menyerahkan
kembali kepada pasukan Inggris senjata yang dirampas dari Jepang. Atas seruan
Bung Tomo, TKR dan Laskar Pemuda menolak bahkan mempersiapkan penyerbuan ke
kedudukan tentara Inggris. Atas perintah komandan divisi TKR Yonosewoyo pada
pukul 04.00 pagi didahului dengan mematikan aliran listrik dan air. Pada
tanggal 28 Oktober 1945, para pemuda melakukan serangan serentak ke posisi
pasukan Inggris yang tersebar di seluruh kota. Pertempuran berlangusng sampai
tiga hari. TKR dan Laskar Pemuda Surabaya berhasil menjepit kedudukan pasukan Inggris.
Untuk menyelamatkan pasukannya yang hampir hancur, pimpinan tentara Inggris
Mayor Jenderal Hawthorn meminta bantuan presiden Republik Indonesia agar
menghentikan pertempuran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar