PENOLAKAN AREK –
AREK SURABAYA TERHADAP
ULTIMATUM SEKUTU ( TANGGAL : 9 NOVEMBER 1945 )
Pada tanggal 9 November 1945 Jenderal mansergh
mengirinkan surat Ultimatum, kepada semua pemimpin pemerintahan, Pemuda dna
badan perjuangan di Surabaya untuk menyerahkan diri dan menyerahkan semua
senjata yang berada di tangannya dengan cara yang amat menghina. Batas waktu
yang ditentukan adalah pukul 18.00 tanggal 10 November 1945. Apabila tidak di
taati, Surabaya akan digempur. Surat Ultimatum itu kemudian dicetak dalam
bentuk pamflet dan disebarkan ke penjuru kota Surabaya dengan pesawat terbang.
Untuk menjawab ultimatum ini Gubernur jawa timur Suryo, Residen Sudirman, Ketua
KNI Doel Arnowo, menghubungi Presiden Soekarno, yang kemudian mengirim Menteri
Luar Negeri A. Subarjo untuk berunding dengan panglima tentara tentara sekutu.
Ternyata perundingan gagal. Pemerintahan pusat menyerahkan sepenuhnya kepada
Rakyat Surabaya. Melalui pidato radio pada malam hari 9 November 1945, Gubernur
Suryo menyatakan menolak ultimatum. Soengkono ketua BKR kota, Bersama semua
pimpinan laskar pemuda Surabaya, bersumpah untuk mempertahankan kota Surabaya
sampai tetes darah terakhir. Markas pertahanan kota dibentuk. Kota Surabaya
dibagi atas tiga sektor dan tiga lini pertahanan. Barikade dipasang di Seluruh
jalan-jalan diseluruh kota Surabaya . tepat pada puku 06.00 Pagi , pada tanggal
10 November 1945. Inggris mulai melaksanakan ultimatumnya. Dengan diawali tembakan
meriam kapal perangnya kemudian diikuti dengan pemboman dari laut dan udara.
Inggris kemudian mengerahkan kekuatan daratnya yang terdiri atas pasukan
infanteri dan keveleri menyerbu kota Surabaya. Serangan ini mendapat perlawanan
yang heroik dari rakyat Surabaya. Radio pemberontakan Bung Tomo mengobarkan
semangat perlawanan. Serbuann sekutu yang berkekuatan lebih kurang satu divisi
berhasil ditahan lini – demi lini. Dalam pertempuran disekitar Viaduct pasukan
Inggris menderita banyak kerugian, yang dipertahankan selama lebih kurang dua
minggu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar