Sabtu, 03 Maret 2018

PERUNDINGAN SOEKARNO - HAWTHORN



PERUNDINGAN SOEKARNO - HAWTHORN
TANGGAL : 30 OKTOBER 1945




Serangan serentak yang dilakukan TKR dan lascar Pemuda Surabaya selama dua hari membuat posisi tentara Inggris terancam hancur bila serangan tidak segera di hentikan. Pimpinan tentara sekutu di Jakarta meminta Presiden Soekarno agar menghentikan pertempuran di Surabaya. Dengan menumpang pesawat terbang militer Inggris. Presiden Soekarno yang didampingi wakil presiden Moh. Hatta dan menteri penerangan Amir Syarifuddin pada tanggal 29 Oktober 1945 tiba di Surabaya untuk berunding dengan dir. Mallaby, Kolonel Pugh. Dari pihak Indonesia di Surabaya diwakili oleh Gubernur Suryo, Residen Sudirman, Doel Arnowo, Soengkono, Atmadji, Soemarsono Roeslan Abdul Gani.Pada hari kedua pihak Inggris dipimpin oleh Mayjen Hawthorn. Dari Perundingan ini pihak sekutu mengakui status TKR sebagai tentara yang sah dan sebagai penjaga keamanan. Untuk menghindari terjadinya bentrokan senjata dibentuk kontak Biro. Kontak biro mendatangi tempat – tempat yang rawan. Setelah kesepakatan ini, menghentikan pertempuran oleh kedua belah pihak diumumkan ke Seluruh kota Surabaya.

PEMBENTUKAN BKR



PEMBENTUKAN BADAN KEAMANAN RAKYAT DAN
LASKAR – LASKAR PERJUANGAN
ULTIMATUM SEKUTU ( TANGGAL : 4 SEPTEMBER 1945 )




Pada tanggal 2 September 1945, apar anggota KNI dan sejumlah mantan perwira tentara pembela Tanah Air (PETA) berkumpul di Jalan Kalisin 121, membentuk organisasi Badan Penolong Keluarga, Korban perang (BPKKP) dan Badan Keamanan Rakyat (BKR). Sebagai tindak lanjutnya pada 4 September 1945, paara mantan perwira seperti drg. Moestopo, Sutopo, Suryo, Muhammad, Abdul Wahab, Sungkono, Berkumpul kembali di Gedung Nasional Bubutan.
Mereka sepakat membentuk organisasi BKR yang terdiri dari atas 3 Eselon, yaitu propinsi Jawa Timur, Kerasidenan Surabaya dan Kota Surabaya. Drg. Moestopo dipilih sebagai pemimpin BKR Jawa Timur, Abdul Wahab terpilih sebagai pemimpin BKR, Kota terpilih Soengkono, BKR Laut juga dibentuk di Modderlust dan Morokrembangan. Terbentuknya BK disusul dengan pembentukan laskar- laskar perjuangan seperti pemuda Republik Indonesia (PRI), Barisan Buruh Indonesia (BBI) Hisbullah, Angkatan Pemuda Indonesia (API), pemuda puteri Republik Indonesia ( PPRI) , BKR – Pelajar, Angkatan Muda Penataran Angkatan Laut (AMPAL), Angkatan Muda Kereta Api (AMKA). Penerbangan Angakatan Oedara Surabaya (PAOS) dan lain – lainnya.

PENOLAKAN ULTIMATUM SEKUTU



PENOLAKAN AREK – AREK SURABAYA TERHADAP
ULTIMATUM SEKUTU ( TANGGAL : 9 NOVEMBER 1945 )




Pada tanggal 9 November 1945 Jenderal mansergh mengirinkan surat Ultimatum, kepada semua pemimpin pemerintahan, Pemuda dna badan perjuangan di Surabaya untuk menyerahkan diri dan menyerahkan semua senjata yang berada di tangannya dengan cara yang amat menghina. Batas waktu yang ditentukan adalah pukul 18.00 tanggal 10 November 1945. Apabila tidak di taati, Surabaya akan digempur. Surat Ultimatum itu kemudian dicetak dalam bentuk pamflet dan disebarkan ke penjuru kota Surabaya dengan pesawat terbang. Untuk menjawab ultimatum ini Gubernur jawa timur Suryo, Residen Sudirman, Ketua KNI Doel Arnowo, menghubungi Presiden Soekarno, yang kemudian mengirim Menteri Luar Negeri A. Subarjo untuk berunding dengan panglima tentara tentara sekutu. Ternyata perundingan gagal. Pemerintahan pusat menyerahkan sepenuhnya kepada Rakyat Surabaya. Melalui pidato radio pada malam hari 9 November 1945, Gubernur Suryo menyatakan menolak ultimatum. Soengkono ketua BKR kota, Bersama semua pimpinan laskar pemuda Surabaya, bersumpah untuk mempertahankan kota Surabaya sampai tetes darah terakhir. Markas pertahanan kota dibentuk. Kota Surabaya dibagi atas tiga sektor dan tiga lini pertahanan. Barikade dipasang di Seluruh jalan-jalan diseluruh kota Surabaya . tepat pada puku 06.00 Pagi , pada tanggal 10 November 1945. Inggris mulai melaksanakan ultimatumnya. Dengan diawali tembakan meriam kapal perangnya kemudian diikuti dengan pemboman dari laut dan udara. Inggris kemudian mengerahkan kekuatan daratnya yang terdiri atas pasukan infanteri dan keveleri menyerbu kota Surabaya. Serangan ini mendapat perlawanan yang heroik dari rakyat Surabaya. Radio pemberontakan Bung Tomo mengobarkan semangat perlawanan. Serbuann sekutu yang berkekuatan lebih kurang satu divisi berhasil ditahan lini – demi lini. Dalam pertempuran disekitar Viaduct pasukan Inggris menderita banyak kerugian, yang dipertahankan selama lebih kurang dua minggu.

PERISTIWA EXPEDISI PULAU NYAMUKAN



PERISTIWA EXPEDISI PULAU NYAMUKAN
TANGGAL : 14 OKTOBER 1945




Pulau Nyamukana dalah sebuah pulau karang yang terletak di perairan anatar Surabaya, Gresik dan P. Madura. Di  Jaman jepang pulau ini dijadikan pos pengawas depan bagi lalu lintas masuknya kapal ke Pelabuhan tanjung perak. dinPulau ini ditempatkan pasukan yang berkekuatan 1 detasemen bersenjata lengkap. Ketika Jepang menyerah, pulau ini putus hubungan dengan pelabuhan tanjung perak. Dalam rangka mencari senjata pasukan BKR laut dengan kapal S115 beserta beberapa perwira Kaigun yang dipimpin oleh J. Swelamet pada tanggal 14 Oktober 1945 mendarat dipantai pulau ini. Pimpinan tentara jepang menolak kedatangan BKR Lautd an mengadakan perlawanan. Namun sertelah menerima penjelasan dari perwira Kaigun atau angkatan laut jepang menjelaskan mereka menyerah . dalam penyerbuan ke Pulau Nyamukan ini berhasil menawan 417 Orang prajurit Kaigun dan merampas 217 pucuk senjata Ringan dan berat berserta pelurunya.

PEMBENTUKAN KOMITE NASIONAL INDONESIA




PEMBENTUKAN KOMITE NASIONAL INDONESIA DAERAH SURABAYA
TANGGAL : 25 AGUSTUS 1945




Berita tentang proklamasi kemerdekaan diketahui secara luas oleh masyarakat Surabaya pada tanggal 20 Agustus 1945 melalui surat kabar “Soeara Asia” yang memuat teks proklamasi. Fuku Syucokan (wakil Residen) Surabaya, Soedirman langsung mengadakan upacara menyambut kemerdekaan Indonesia di kantornya pada hari itu juga kelompok pemuda yang bergabung dalam “ Panitia Angkatan Muda “ yang dipimpin Doel Arnowo kemudian menyebarkan salinan teks Proklamasi keseluruhan Kota Surabaya. Para pemimpin pergerakan Nasional Surabaya kemudian mengadakan rapat di Gedung nasional Bubutan Pada 25 – 27 Agustus 1945

PERISTIWA PENYERBUAN MARKAS KEMPETAI

PERISTIWA PENYERBUAN MARKAS KEMPETAI ( POLISI MILITER JEPANG )
TANGGAL : 1 OKTOBER 1945




Markas kempetai (polisi militer) Jepang yang sekarang dibangun Tugu Pahlawan ini, dulunya merupakan tempat yang ditakuti masyarakat Surabaya. Markas tersebut merupakan tempat penahanan dan penyiksaan kaum pejuang Indonesia yang menentang Jepang. Dengan bekal senjata hasil rampasan, Polisi Istimewa, Badan Keamanan Rakyat (BKR), dan lascar-laskar pemuda yang dikoordinasikan oleh ketua BKR Karesidenan Abdul Wahab, pada tanggal 1 Oktober 1945 menyerbu markas Kempetai. Tepat pukul 12.00 gelombang serbuan rakyat yang demikian dahsyat.

PERISTIWA PEROBEKAN BENDERA BELANDA DI HOTEL YAMATO


PERISTIWA PEROBEKAN BENDERA BELANDA DI HOTEL YAMATOTANGGAL : 19 SEPTEMBER 1945




Peristiwa ini berawal dari tindakan sekelompok pemuda Indo Belanda dari Komite Kontak Sosial yang pada 19 September mengibarkan bendera Belanda merah-putih-biru di atas Hotel Yamato di Jalan Tunjungan. Hotel tersebut dijadikan markas kelompok pendahulu tentara sekutu yang bertugas mengurus tawanan perang sekutu (APWI). Masyarakat melihat bendera merah-putih-biru berkibar, lalu berduyun-duyun menuju Hotel Yamato. Untuk mencegah terjadinya keributan, Residen Sudirman datang ke lokasi dan meminta kepada perwira sekutu agar menurunkan bendera Belanda tersebut. Permintaan Residen ditolak. Setelah mengetahui adanya penolakan, pemuda dan masyarakat menyerbu hotel. Perkelahian dengan penghuni hotel yang terdiri atas pemuda Indo Belanda tidak dapat dihindari lagi. Di tengah-tengah keributan itu, dua orang pemuda berhasil naik ke tingkat atas Hotel Yamato, di mana bendera dikibarkan. Mereka menurunkan bendera Belanda tersebut dan merobek warna birunya, dan menaikannya kembali bendera yang telah menjadi merah-putih. Peristiwa ini mendapat sambutan yang gegap gempita dari masyarakat.

PERTEMPURAN TIGA HARI



PERTEMPURAN 3 HARI DI KANTOR POS KEBONROJO
TANGGAL 27 S/D 29 OKTOBER 1945




Pada tanggal 25 Oktober ’45 di pelabuhan Tanjung Perak dengan kekuatan 6000 orang tentara Inggris dari Brigade Infanteri India – 49 Divisi di bawah pimpinan Brigadir A.W.S Mallaby. Setelah diadakan perundingan resmi antara Residen Sudirman dan Brigadir Mallaby, Inggris diijinkan memasuki kota khususnya kamp tawanan sekutu di Kajun, Rumah Sakit Darmo, dan Tanjung Perak. Namun, sebagian pasukan Inggris nerebut dan menduduki obyek-obyek penting seperti lapangan terbang Morokrembangan, gedung BPM, bank Internatio, Lindeteves, Kantor Pos dan Telepon. Pada siang harinya pesawat terbang Inggris menyebarkan pamphlet ultimatum agar pemuda Surabaya menyerahkan kembali kepada pasukan Inggris senjata yang dirampas dari Jepang. Atas seruan Bung Tomo, TKR dan Laskar Pemuda menolak bahkan mempersiapkan penyerbuan ke kedudukan tentara Inggris. Atas perintah komandan divisi TKR Yonosewoyo pada pukul 04.00 pagi didahului dengan mematikan aliran listrik dan air. Pada tanggal 28 Oktober 1945, para pemuda melakukan serangan serentak ke posisi pasukan Inggris yang tersebar di seluruh kota. Pertempuran berlangusng sampai tiga hari. TKR dan Laskar Pemuda Surabaya berhasil menjepit kedudukan pasukan Inggris. Untuk menyelamatkan pasukannya yang hampir hancur, pimpinan tentara Inggris Mayor Jenderal Hawthorn meminta bantuan presiden Republik Indonesia agar menghentikan pertempuran.